SOAL:
1.
Jelaskan bahwa lalu lintas zat makanan, baik yang terdapat pada
xylem maupun phloem tidak semata-mata hanya satu arah saja!
Jaringan
pengangkut terdiri atas jaringan xilem dan floem.
XILEM :
Sel penyusunnya meliputi elemen trakea, serat xilem dan parenkim xilem.
Fungsinya untuk menyalurkan air dan mineral dari akar ke daun.
Xilem
pada tumbuhan berbunga mempunyai dua tipe sel, yaitu trakeid dan unsur
pembuluh. Kedua tipe sel ini merupakan sel mati.
FLOEM :
Sel penyusunnya meliputi sel-sel tapis,komponen pembuluh tapis sel pengantar,
serat floem dan parenkim floem. Fungsinya untuk menyalurkan zat makanan hasil
fotosintesis dari daun ke seluruh bagian tumbuhan.
Pada
tumbuhan tertentu, serabut floem dapat digunakan sebagai tali, misalnya rami
(Boehmeria nivea).
Pertama-tama, air diserap oleh rambut-rambut
akar. Kemudian, air masuk ke sel epidermis melalui proses secara
osmosis. Selanjutnya, air akan melalui korteks. Dari korteks, air kemudian
melalui endodermis dan perisikel. Selanjutnya, air masuk ke jaringan
xilem yang berada di akar. Setelah tiba di xilem akar, air
akan bergerak ke xilem batang dan ke xilem daun. Air dapat
diangkut naik dari akar ke bagian tumbuhan lain yang lebih tinggi dan
diedarkan ke seluruh tubuh tumbuhan karena adanya daya kapilaritas
batang. Sifat ini seperti yang terdapat pada pipa kapiler.
Pipa kapiler memiliki bentuk yang hampir menyerupai sedotan akan tetapi diameternya
sangat kecil. Apabila salah satu ujung pipa kapiler, dimasukkan ke dalam air, maka air yang berada pada pipa tersebut akan lebih tinggi daripada air yang berada di sekitar pipa kapiler. Begitu pula pada batang tanaman, air yang berada pada batang tanaman akan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan air yang berada pada tanah.
Daya kapilaritas batang dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi dan adhesi. Kohesi
merupakan kecenderungan suatu molekul untuk dapat berikatan dengan molekul lain
yang sejenis. Adhesi adalah kecenderungan suatu molekul untuk dapat berikatan dengan
molekul lain yang tidak sejenis. Melalui gaya adhesi, molekul air membentuk ikatan yang
lemah dengan dinding pembuluh. Melalui gaya kohesi akan terjadi ikatan antara satu
molekul air dengan molekul air lainnya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya tarik menarik
antara molekul air yang satu dengan molekul air lainnya di sepanjang pembuluh xilem.
Selain disebabkan oleh gaya kohesi dan adhesi, naiknya air ke daun disebabkan oleh penggunaan air dibagian daun atau yang disebut dengan daya isap daun. Air dimanfaatkan oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis . Pada daun, air juga mengalami penguapan. Penguapan air oleh daun disebut transpirasi. Penggunaan air oleh bagian daun akan menyebabkan terjadinya tarikan terhadap air yang berada pada bagian xilem, sehingga air yang ada pada akar dapat naik ke daun.
2) Transportasi Nutrisi
Semua bagian tumbuhan yaitu, akar, batang, daun serta bagian lainnya memerlukan nutrisi. Agar kebutuhan nutrisi di setiap bagian tumbuhan terpenuhi, maka dibutuhkan suatu proses pengangkutan nutrisi hasil fotosintesis berupa gula dan asam amino ke seluruh tubuh
tumbuhan. Pengangkutan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan terjadi
melalui pembuluh floem.
Perjalanan zat-zat hasil fotosintesismdimulai dari sumbernya yaitu daun (daerah yang memiliki, konsentrasi gula tinggi) ke bagian tanaman lain yang dituju (daerah yang memiliki konsentrasi gula rendah).
Pipa kapiler memiliki bentuk yang hampir menyerupai sedotan akan tetapi diameternya
sangat kecil. Apabila salah satu ujung pipa kapiler, dimasukkan ke dalam air, maka air yang berada pada pipa tersebut akan lebih tinggi daripada air yang berada di sekitar pipa kapiler. Begitu pula pada batang tanaman, air yang berada pada batang tanaman akan lebih tinggi apabila dibandingkan dengan air yang berada pada tanah.
Daya kapilaritas batang dipengaruhi oleh adanya gaya kohesi dan adhesi. Kohesi
merupakan kecenderungan suatu molekul untuk dapat berikatan dengan molekul lain
yang sejenis. Adhesi adalah kecenderungan suatu molekul untuk dapat berikatan dengan
molekul lain yang tidak sejenis. Melalui gaya adhesi, molekul air membentuk ikatan yang
lemah dengan dinding pembuluh. Melalui gaya kohesi akan terjadi ikatan antara satu
molekul air dengan molekul air lainnya. Hal ini akan menyebabkan terjadinya tarik menarik
antara molekul air yang satu dengan molekul air lainnya di sepanjang pembuluh xilem.
Selain disebabkan oleh gaya kohesi dan adhesi, naiknya air ke daun disebabkan oleh penggunaan air dibagian daun atau yang disebut dengan daya isap daun. Air dimanfaatkan oleh tumbuhan dalam proses fotosintesis . Pada daun, air juga mengalami penguapan. Penguapan air oleh daun disebut transpirasi. Penggunaan air oleh bagian daun akan menyebabkan terjadinya tarikan terhadap air yang berada pada bagian xilem, sehingga air yang ada pada akar dapat naik ke daun.
2) Transportasi Nutrisi
Semua bagian tumbuhan yaitu, akar, batang, daun serta bagian lainnya memerlukan nutrisi. Agar kebutuhan nutrisi di setiap bagian tumbuhan terpenuhi, maka dibutuhkan suatu proses pengangkutan nutrisi hasil fotosintesis berupa gula dan asam amino ke seluruh tubuh
tumbuhan. Pengangkutan hasil fotosintesis dari daun ke seluruh tubuh tumbuhan terjadi
melalui pembuluh floem.
Perjalanan zat-zat hasil fotosintesismdimulai dari sumbernya yaitu daun (daerah yang memiliki, konsentrasi gula tinggi) ke bagian tanaman lain yang dituju (daerah yang memiliki konsentrasi gula rendah).
2.
Jelaskan minimal 2 proses reproduksi pada Protozoa yang
menyerupai fenomena seksual pada hewan tinggi. Berikan pula contohnya!
Pada
reproduksi seksual tidak selalu terjadi pembuahan, namun kadang-kadang dapat
terbentuk individu baru tanpa adanya pembuahan, sehingga reproduksi secara
kawin pada hewan invertebrata dapat dibedakan menjadi dua, yaitu:
1. Tanpa pembuahan, yaitu pada peristiwa
partenogenesis, sel telur tanpa dibuahi dapat tumbuh menjadi individu baru.
Misalnya pada lebah jantan dan semut jantan.
2. Dengan pembuahan, dapat dibedakan atas
konjugasi dan anisogami.
·
Konjugasi, ini terjadi pada invertebrata yang belum jelas alat
reproduksinya misalnya Paramecium.
·
Anisogami, yaitu peleburan dua asel kelamin yang tidak sama besarnya,
misalnya peleburan mikrogamet dan makrogamet pada Plasmodium, dan peleburan
sperma dengan ovum di dalam rahim.
Contoh :
·
Reproduksi Platyhelminthes dilakukan secara seksual dan aseksual. Pada
reproduksi seksual akan menghasilkan gamet. Fertilisasi ovum oleh sperma terjadi
di dalam tubuh (internal). Fertilisasi dapat dilakukan sendiri ataupun dengan
pasangan lain.
·
Nemathelminthes umumnya bereproduksi secara seksual karena
sistem reproduksinya bersifat gonokoris, yaitu alat kelamin
jantan dan betinanya terpisah pada individu yang berbeda. Fertilisasi dilakukan
secara internal. Hasil fertilisasi dapat mencapai lebih dari 100.000 telur
per hari. Saat berada di lingkungan yang tidak menguntungkan, maka telur dapat
membentuk kista untuk
perlindungan dirinya
3.
Jelaskan tentang perilaku Teritorialitas pada burung!
Daerah
tropis memiliki keanekaragaman jenis yang tinggi, misalnya saja lebih kurang
80% jenis burung petengger (passerine bird) hidup dan berbiak di daerah
tropis. Namun barangkali belum banyak
yang mengetahui bahwa beberapa teori dalam biologi dan ekologi burung lebih
banyak didasarkan pada pengamatan empirik dan pemodelan yang menggunakan jenis
burung dari daerah temperate. Hal ini
tidak terlepas dari persebaran ahli yang sebagian besar terkonsentrasi dan melakukan
penelitian di daerah temperate di Eropa dan Amerika Utara. Celakanya, pola perilaku burung, misalnya,
yang ditemukan di daerah tersebut selama ini telah dianggap sebagai norma
perilaku umum untuk semua jenis
burung. Apakah jenis-jenis burung di daerah
tropis mengikuti norma perilaku umum tersebut?
Stuchbury
dan Morton dalam bukunya ini tidak sepakat dengan pendapat tersebut. Di dukung dengan bukti-bukti empirik dari
beberapa penelitian jenis burung tropis, terutama di tropis Amerika Selatan,
mereka menemukan bahwa dalam banyak hal jenis burung tropis berbeda dengan
burung temperate. Perbedaan-perbedaan tersebut tidak terlepas dari perbedaan
dasar dalam adaptasi perilaku, dimana adaptasi perilaku jenis-jenis burung
tropis merupakan hasil seleksi karena tekanan biotik (terutama interaksi dengan
tumbuhan), sementara jenis burung temperate lebih karena tekanan abiotik
(terutama iklim).
Lebih
lanjut untuk mendukung pendapatnya, Stuchbury dan Morton secara detil dalam
bab-bab yang terpisah menjabarkan beberapa adaptasi perilaku burung tropis:
musim berbiak, extra-pair mating system (EPM), teritorial, komunikasi dan
interaksi biotik, yang ternyata juga saling berkait satu dengan lainnya. Berbeda dengan burung temperate yang musim
berbiaknya sangat terbatas (2-3 bulan) dan tergantung pada musim, musim berbiak
burung tropis jauh lebih lama (4 – 8 bulan) dan tergantung pada ketersediaan
makanan (misalnya buah). Kondisi ini
menjadi salah satu penjelasan tingginya extra-pair mating pada burung
temperate.
Extra-pair
Mating System (EPM), yakni terjadinya ‘perselingkungan’ pada pasangan burung
yang sebagian besar mengikuti sistem monogami, dianggap sebagai norma umum pada
burung. Pandangan ini diasarkan pada
hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan molekuler yang menguak rahasia
tingginya praktek perilaku perselingkuhan pada jenis-jenis burung
temperate. Namun, hasil penelitian sejenis pada jenis-jenis
burung tropis ternyata tidak mendukung temuan tersebut. EPM nampaknya tidak umum dianut oleh burung tropis
yang monogami. Oleh karena jumlah jenis
burung tropis lebih banyak, maka mereka berpendapat sebaliknya: EPM bukanlah
norma umum pada burung. Musim berbiak yang pendek (2-3 bulan) di daerah
temperate dipercaya menjadi pemicu tingginya tingkat EPM pada jenis burung
temperate. Sebaliknya di daerah tropis,
masa berbiak yang lebih panjang (4 – 8 bulan) tidak menimbulkan perilaku
sejenis.
Contoh
lain tentang bias temperate adalah tentang hubungan antara level testoteron
pada burung jantan dan pertahanan teritorial.
Temuan pada burung temperate yang digunakan sebagai norma umum: bahwa
level testoteron yang tinggi pada burung jantan menjadi penentu keberhasilan
dalam mempertahankan teritori dan dalam menarik burung betina. Level testoteron burung jantan tinggi pada
saat menjelang berbiak dan turun pada saat memelihara anak. Sekali lagi kondisi
ini tidak berlaku bagi burung tropis.
Level testoteron burung jantan
tetap rendah sepanjang musim berbiak.
Kondisi burung temperate tersebut ternyata tekait dengan EPM, masa
berbiak yang tinggi menyebabkan level testoteron yang tinggi
karena ‘diperlukan’ untuk bisa melakukan EPM!
Perilaku
teritori dan komunikasi pada burung temperate nampaknya juga hasil adaptasi
terjadinya EPM. Kicauan burung temperate, terutama burung jantan karena yang
betina tidak berkicau, lebih sering frekuensinya dalam upaya tidak hanya untuk
mempertahankan teritori berbiaknyanya tetapi terutama sebagai upaya untuk
mencegah dan menghalau burung jantan tetangganya yang selalu berusaha untuk
‘mengawini’ pasangannya.
Sistem
teritori burung tropis juga lebih beragam. Bahkan ditemukan juga burung betina
berkicau dan mempertahankan teritorinya di daerah tropis. Teritori burung tropis tidak terbatas hanya
musim berbiak, tetapi hampir sepanjang tahun dalam rangka memepertahankan akses
ke sumber pakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar